Rabu, 16 Februari 2022

Saraf Terjepit Meringis

Tahukah kamu mendung hari ini cukup mendukung suasana tak karuan yang menaungi isi kepalaku. Ya, aku Ana. Dua hari lalu baru saja tersungkur jatuh dari tangga ruko saat akan mengecek lantai dua yang bocor karena karyawanku meminta perbaikan. Kupikir boleh juga untuk melakukan pengecekan sendiri dulu, lagipula aku sedang tidak mengerjakan apapun hari ini. Baiklah, kunaik sampai di lantai atas aku terpeleset karena genangan air dari plafon yang bocor. Hmmm, nikmat betul sakitnya sampai membuatku tak bisa duduk dalam dua hari terakhir. Sekarang aku lumayan ada peningkatan, detik ini aku bisa duduk dan ini sangat menyenangkan. Ditemani Dika, pacar terbaikku yang selalu ada dan menengokku setiap hari memastikan aku makan tepat waktu.

Dia membopongku, ke balkon depan kos dibantu dengan Bapak kos yang baik hati mengganggapku seperti anaknya sendiri. Hari ini dia ngasih aku buah jeruk satu piring. “Dimakan ya biar cepet sembuh, nak Dika kalau ga capek pijitin itu si Ana, pake balsem biar berkurang sakitnya”, ucap Pak Kos. “Oh.. iya Pak. Nanti saja, Ana masih pengen duduk disini. Pengen lihat pemandangan katanya”, sahut Dika. Aku hanya tersenyum lalu mengucap terima kasih kepada Pak Kos. Kemudian beliau pergi ke bawah, meninggalkan kami. Hah.. senang sekali, bisa duduk melihat luar lagi setelah dua hari hanya telentang menatap plafon kamar kos yang hanya sepetak itu. Entah apa jadinya kalau ngga ada Dika saat itu, aku mungkin akan repot sendiri sambil nangis karena kesakitan.

Sembari menggerakkan punggungku maju dan mundur, Dika memutar playlist nya yang tentu saja adalah favoritku. Apapun yang dia putar, pasti aku sangat menyukainya karena kita sefrekuensi. Kita tuh udah sampai di fase kayak, saling menatap sambil angkat satu alis tanpa berbicara apapun kita tuh mengerti dan tahu apa isi kepala masing-masing saat itu. Wkwkwkk Dika memang selain pacar yang baik dia adalah teman yang baik juga. Kadang bisa jadi bestie, kadang jadi boyfriend, kadang juga jadi tuyul nakal yang merepotkan karena tingkahnya.

“Ana, km coba berdiri aku bantu terus peregangan kayak gini”, saran si Dika sambil memperagakan dirinya memegangi pagar balkon dengan menaikkan kaki belakang ke atas pelan. Aku mengangguk dan menirukan gayanya. Kami melakukan gerakan itu secara berulang-ulang sambil mengatur penapasan. Nggak lama, benar saja pinggangku membaik dan aku bisa berjalan pelan. Aku sangat senang tentunya, lalu Dika membisikkan kepadaku, “Cantiik, ikut aku kita jalannya di teras café sambil jajan. Disana kan banyak orang jualan. Mumpung cuma mendung nih gak hujan kok”, pintanya sambil pasang muka imut padahal serem kumisnya tebel banget cuy wkwkwkw. “ih.. mauu lah aku bosen disini terus”, sahutku. Baiklah tak perlu lama aku sambil jalan pelan-pelan kita langsung cus menuju café. Oh iya café yang dimaksud adalah punya dia sendiri, karena ini hari Senin jadi tutup. Kita bisa latihan disana dan nongkrong berdua tanpa diganggu pengunjung lain. Tempatnya strategis banget, soalnya di sudut perempatan jalan lalu di sampingnya ada SMA 6, di seberang kiri  ada SMA 1 dan seberang kanan ada SMP 4. Kalau pagi dan sore, teras depan sepanjang jalan selalu ramai oleh penjual dan jadi cycling track buat pesepeda dan juga siapapun yang mau jalan kaki.

Sampai disana, kita masuk ke pagar buat markir motor, lalu aku berjalan sambil melepas alas kakiku diatas batu-batu yang ada di teras café. Dia masuk ke dalam menyalakan semua lampu dan memutar playlist kita lagi hihi. Beberapa menit kemudian es kopi susu gula aren favoritku dipegangnya lalu ditempel ke dahiku. Astaga, ada-ada saja si kumis ini. Dia buatin aku minuman ternyata selama di dalam tadi, nggak lama driver online food datang nganterin kue lekker, roti bakar, sama kentang goreng yang bahkan aku gak pesan. Astaga, lagi-lagi si kumis nih mesenin buat aku ternyata. Haduh, ada-ada saja ulah manisnya yang bikin aku klepek-klepek euy. Hihihihi, terus aku diajak ke dalam buat makan sambil ngobrol. Yap, seperti biasa, dia selalu sambil baca buku yang memang di sediakan di cafenya, yang mana ya itu buku-buku dia sendiri sih yang dibawanya dari rumah untuk pajangan dan bacaan di café. Aku yang sambil makan dan banyak ceriwisnya ini, selalu sambil melihatinya yang selalu serius membaca buku tapi sesekali melihatku lalu tersenyum.

Setelah beberapa saat, Dika menanyaiku, “Eh, duduk-duduk aja nih. Sana latihan. Emang udah sembuh ?”, tanya dia. “Dih, gasadar ape gimana Bung ! Lihat nih, hap hap hap”, aku berdiri dari duduk lalu lanjut berjalan sambil mengambil langkah lebar-lebar. “Widih.. Alhamdulillah, udah bisa centil lagi nih bocah !”, ejeknya sambil senyum lebar. Terus dia mengayunkan tangannya memanggilku untuk mendekat, nih hadiah udah bisa jalannya. Kedua tangannya pegang pipiku, lalu dicium keningku sambil senyum senyum dari jarak dekat, “yeyeyeye.. udah bisa jalan lagi, bocah centil”. Hmm gimana gak berbunga-bunga ya hatiku punya pacar baik, sabar, perhatian, dan lembut begini. Duh.. Wkwkwkwk udah deh aku cuma mau nulis ini aja. Kalian kira narasi mendung-mendung selalu sedih ya ? hihi,,, tentu tidak. Mendung kali ini Tatiana malah bahagia berbunga-bunga karena Dika yang sangat perhatian dan penuh kasih memperlakukannya disaat kesakitan. The end… ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tercekat lidahku malam ini, satu pil ku teguk untuk menahan pelik di kepala Saat ini aku hanya sedang mengasihani diriku untuk tahun-tahun s...