Nova Septina
sebuah representasi narasi dari podcast Novaseptinarasi
Rabu, 13 Juli 2022
Minggu, 27 Februari 2022
Dijawab Dua Tahun
Diantara
gemuruh angin sejuk kota ini, lihatlah seorang gadis meringkuk dibalik
selimutnya. Sangat nyenyak tidurnya, sampai-sampai lupa kalau jam sudah
menunjukkan pukul 06.30 WIB. Itu artinya dia bakalan telat ngampus kalau belum
siap sebelum jam 07.00 WIB tepat. Kenalin, ini Tatiana. Seorang gadis baik
hati, yang acuh dengan keadaan sekitar. Bahkan saat jalan kaki pun, sepasang
matanya hanya menyoroti jalan yang akan diinjaki sepasang kakimya. Yap, hanya
melihat menunduk kebawah dan lurus kedepan. Tak jarang banyak teman-temannya
komplain, “Ana.. kamu tuh ya sombong banget orang dipanggil-panggil tapi malah
ngga nyaut dan bahkan ga nengok sedikitpun!”, beginilah kira-kira bunyi temen-temennya
kalau lagi ngambek ngga disapa balik Tatiana pas bertemu dijalan. Ya bukannya
sombong, tapi Ana takut banget melihat yang nggak seharusnya dia lihat atau
bahkan berisiko mengganggu konsentrasinya nanti-nanti. Apalagi kalau bukan
menjaga pandangan dari cowok-cowok ganteng di kampusnya. Tau sendirilah anak
teknik banyak banget cowok cakep dan kerennya. Selain itu emang pandangan Ana burem, ya namanya juga minus dan silinder kanan kiri. Tapi yang namanya manusia ngga
mungkin dong nggapunya rasa suka ke lawan jenis alias ngecengin salah satu dari
beberapa yang bertebaran disana, yap. Ana mengagumi salah satu cowok satu
jurusannya.
Suatu
hari di sore yang cerah, Ana selesai mengerjakan UTS di ruang kelasnya. Karena
jam sudah usai, dia segera meninggalkan kelas untuk diisi oleh mahasiswa
lainnya. Emang dasar Ana suka jajan, maka dia selalu pergi ke kantin usai kelar
ngerjain UTS. Eh pas di lorong dia ga sengaja papasan sama sesosok. Manusia
yang indah banget bagi Ana, bahkan dia sampe gagal menundukkan pandangannya
saat itu. Ana berpapasan dengan mahasiswa yang berparas ganteng mirip tokoh
salah satu pemain film favoritnya. Bahkan pas udah berlalu, Ana masih ngga
percaya dan sempat bengong di etalase kantin, untuk menpuk-nepuk pipinya. Terus
ditanyain sama Mas Kantin nya. “Neng, kenapa kok ditepok-tepok pipinya ?”,
mendengar itu Ana lalu sadar dan memesan beberapa makanan dan es teh tentunya.
Lalu dia bergegas mampir ke gazebo luar untuk menyantap itu semua.
By
the way Ana emang suka kemana-mana sendirian, dia ngga terlalu suka keramaian.
Bahkan Ana rela ngehabisin waktu longgar istirahat nya buat jalan ke gedung
jurusan lain yang dianggapnya strategis. Taulah ya strategis dari kacamata Ana
tuh ya yang mencukupi syarat 1. Sepi, 2. Hening, 3. Tenang, 4. Nggak panas, 5.
Jauh dari jangkauan orang yang dikenali Ana. Nah selama sesuai dengan lima
syarat tadi, pasti Ana bakalan sering banget nyantui disitu. Tanpa gazebo, dia
langsung ngedoprok aja di balik gedung itu. Sambil nancepin headset ke hp, bawa
seperangkat jajan dan esnya, gak lupa bawa binder favoritnya buat nulis bebrapa
bait puisi random yang tiba-tiba sering keluar di kepalanya. Spesial hari ini,
Ana bingung banget karena kayak kehabisan ide. Isi kepalanya terus dipenuhi
cowok yang bersimpangan dengannya hari itu. “Wah baru kali ini aku kosong
banget, astaga kakak itu tadi jurusan nya apa ya ? tapi kalau diperhatiin PDH
nya sama kayak punyaku sih. Tapi kok baru nongol sekarang ya? Kok aku ga pernah
ketemu dihari sebelum-sebelumnya sih ?”, Ana terus mengisi kepalanya dengan
pertanyaan itu tadi. Nggak lama alarm di hp nya berdering ngingetin Ana buat
segera balik ke kelas buat ikut pelajaran berikutnya.
Ana
masih mencari tau identitas mahasiswa itu tapi nggak kunjung bertemu. Dia hanya
bisa ketemu kalau pas hoki dan itupun cuma papas an di jalan beberapa detik
saja. Meskipun begitu Ana seneng banget tentunya, dan diam-diam memendam rasa
suka sama mahasiswa itu. Setiap Ana mau tidur, selesai sholat, Ana terus
berharap suatu saat nanti bisa mengenalnya. Lalu Ana terlelap tidur ditengah
mengerjakan tugas nya.
Ana
adalah gadis yang sebenarnya cantik, nggak sedikit mahasiswa menghubunginya
menawarkan untuk jalan bareng, main, bahkan pacaran. Tapi, Ana seringkali
menolak karena memang hati Ana masih sulit untuk memulai sebuah hubungan
seperti pacaran misalnya, karena masih ada ketakutan dan trauma dari yang
sudah-sudah. Iya, setahun yang lalu Ana dekat dengan mahasiswa satu jurusannya
juga. Mereka berpacaran, tapi harus terpaksa berakhir karena masing-masing
rupanya kebingungan membagi waktu antara kuliah-keluarga-organisasi-pacaran.
Karena keduanya masih amatiran dalam berpacaran akhirnya mereka putus, tapi ya
masih saling menyukai. Satu dua kali mantan Ana menyempatkan untuk mengajak
bertemu dan makan bubur bareng usai rakor. Mantan Ana ini anak yang cerdas,
humoris, humble, dan punya banyak teman. Itulah kenapa dia mendapat banyak
dukungan dari teman-temannya untuk maju menjadi Presbem saat itu. Itulah kenapa
Ana sendiri yang mana seorang fungsionaris himpunan mahasiswa jurusan yang jga
punya beberapa program kerja yang sibuk, mengerti dan memahami keadaan saat itu
buat menerima kalau putus adalah jalan yang baik untuk keduanya.
Dua
tahun berlalu, sekarang Ana berada di semester lima. Ana menjalani kehidupannya
sendiri. Masih dengan membentengi diri dan terus memperkokoh pagar pembatas menuju
hatinya. Karena akan ada promnight untuk perpisahan dengan kating sebelum
wisuda, maka masing-masing kelas dapet kesempatan 2 orang buat jadi panitia
acara tersebut. Tentu saja Ana orang pertama yang tunjuk jari buat jadi
painita, dia sangat antusias kalau udah berbau acara-acara gini. Dikelas itu
Ana dan Catur yang mewakili untuk ikut menjadi panitia acara. Usai data
diserahkan, mereka diminta buat ngumpul ke aula Pertamina sore hari itu. Ana
dan Catur juga dimasukkan ke dalam grup besar panitia gabungan dengan peserta
acara prom saat itu juga.
Saat
Ana masuk ke Aula, dadanya berdetak kencang banget. Kaget karena dia ngelihat
cowok yang dia sukai dua tahun lalu yang dia nggatau identitasnya. Bahkan
namanya aja nggaktau, dan sedih diwaktu bersamaan karena ngga sempet ngecengin
eh udah mau lulus aja jadi kayak yaampun buk ini saya pengen ada kisah berdua
gitu sama pengeran itu kenapa udah mau lulus ajeluuu ! hihihi ternyata ditengah
brifing, cowok itu juga suka curi-curi pandang sama si Ana. Bahkan Ana gasadar
kalau dia lagi merhatiin Ana dari kejauhan. Pas mau mulai bagi tugas kebetulan
ponsel Ana lowbat, dan butuh stopkontak. Trus pas ana mau ngecharge, ada cowok
yang membelakangi Ana juga lagi ngecas. “Permisi, maaf kak saya mau numpang
nge-charge disini juga”, eh belum kelar selesai orang nya nengok dan itu adalah
cowok yang Ana sukai dong ! wahgimana gimana ini… gimanaa doong ! “Oh, iya iya,
silahkan”, jawabnya. Semenjak hari itu, menuju prom, Ana jadi sering papasan
sama cowok ini. Tapi masih dia nggaktau siapa namanya. Bahkan di tempat Ana
ngegame dan nongkrong sendirian dibalik gedung jurusan Kimia pun, Ana sempet
ngeliat itu kating lewat dan nengok ke Ana. Makin heran kan ?
Malam
promnight pun tiba, Ana galau banget soalnya dia belum selesai ngerjain tugas
yang harus dikumpulin besok, sedangkan dia punya tanggungjawab di acara Prom
sebagai panitia. Disisi lain, Ana pengen lihat kating itu sebelum dia lulus.
Minimal pasti tau namanya lah setelah acara usai. Akhirnya Ana tetep dateng ke
acara dan memakai dresscode sesuai kesepakatan yaitu black and gold. Sampai
disana Ana curi-curi pandang ke kating itu, sama halnya dia juga curi-curi
pandang ke Ana. Dua jam disana Ana mulai kepikiran tugasnya, lalu Ana ketemu
sama Fatimah anak kelas lain tapi punya jadwal matkul yang sama. Mereka saling
menyapa dan mulai bicarain tugas itu, karena takut dan ngga tenang, Ana dan
Fatimah pun meninggalkan acara dan memutuskan ngerjain tugas bareng ke kos Ana.
Meskipun nggak berhasil dapetin nama katingnya, at least Ana udah ketemu dan
melihat cowok itu sedang melihati Ana juga adalah kelegaan buat Ana. Sekarang
Ana ikhlas dan nggak lagi ngecengin cowok. WKWKWKWK
Malam
itu Fatimah tidur dikos Ana soalnya kemaleman juga, dan tugasnya belum kelar
juga padahal udah jam duabelas lewat. Mereka tidur bareng saat itu dan paginya
berangkat ngampus berdua. Ana berjalan dari parkiran menuju Lab dengan lesu
loyo karena tau dan sadar nggakbakalan bisa kenal sama orang yang dia sukai dua
tahun itu. Nggak lupa dia mampir musholla dulu buat dhuha sebelum ke kelasnya.
Usai dari kelas, Ana pergi ke perpustakaan
buat nyantai dan ngademin pikiran dengan baca-baca buku tambahan materi
kuliahnya. Dia ngambil beberapa buku juga buat dipinjam dan dibawa balik ke
kosan, karena tau besok ada matkul yang dosennya galak banget dan ada tugas
darinya yang belum Ana kerjain dan itu lumayan banyak. “Yah.. lagi-lagi bakalan
tidur pagi aku!”, keluh Ana sambil jalan menuju parkiran motor sebelum balik ke
kosan.
Seperti
biasa, Ana ngerjain tugas setelah isya sampe pagi lah ya. Saat jam menunjukkan
jam satu dinihari, ada pesan masuk dari nomor nggak dikenal. “Assalamualaikum,
ini bener nomor Nova bukan ya ?”. Ana baca sambil nguap, hadeeh, siape lagi
nih. Kuliah yang bener, dasar inimah buaya lagi cari mangsa kali. Lalu ana
menjawab,”iya. Maaf dengan siapa ya?”. Lalu nomor misterius itu menjawab, “Hai Tatiana, aku Athar. Aku dapetin nomor kamu dari temenmu sih hehe. Maaf ya aku
maksa ke dia terus aku dapet deh kamu jangan marah”. Aku bingung, perasaan ngga
ada temenku bernama Athar. Lalu kujawab, “Athar siapa ya ?”. “Save dulu nomorku
biar keluar profil picture ku, biar kamu tau. Mungkin kamu familiar sama aku.”,
jawabnya. Sembari rehat dari banyak menulis rumus dan algoritma, Ana menyimpan
nomor itu ke kontaknya. Jadilah muncul profile picture si Athar ini. Ana yang
tadinya ngantuk langsung melotot, sambil nutupin mulutnya yang reflek teriak
barusan. “Hah !!!!!!!!! ini bener ?”, ucap Ana dalam hati. Rupanya itu adalah
kating yang selama ini Ana cengin. “Oh iya aku tau hehe. Kakak katingku ya. Ada
perlu apa kak malam-malam gini?” tanyaku. Lalu dia ngejawab, “iya aku katingmu
hehe. Nggak ada perlu apa-apasih aku ngga bisa tidur kan. Terus aku udah simpan
nomormu dari beberapa hari lalu
sebenernya cuma aku mau ngechat takut, takut ada yang marah. Nggak
adakan ?”, tanya dia. Hiliiiiih dasar mulut lelaki template banget buat mastiin
cewek masih single atau engga selalu pakai jurus kalimat itu. Yaaa karena Ana
udan KO duluan ya, akhirnya jadi bego deh si Ana dan mereka pun chattingan
intens sejak hari itu. Ditambah ternyata mereka berasal dari daerah yang sama.
Ana
gak berhenti-hentinya senyum-senyum meskipun udah ga liat si cowok ini ke
kampus. Suatu hari, Ana kedapetan di tilang polisi soalnya ngeboncengin temennya
yang jalan kaki. Meskipun cuma bawa satu helm yang dia pake doang, Ana tetep
mau nganter temennya balik. Eh pas dijalan ada pakpol mergokin si Ana
ngebonceng Fatimah tanpa helm. Akhirnya harus sidang deh. Nah pas Ana mau
kesana si Athar nawarin buat nganter sidang. Ya Ana pasti maulah, kapan lagi
dianterin ama pujaan hati. Astagaa… sampe ditempat sidang, sumpah antriannya
panjang banget. Bahkan sampe tiga jam mereka disana.sambil nungguin dipanggil,
mereka banyak ngobrol. Ternyata Athar ini anaknya kocak banget. Cocok deh sama
Ana yang sebenrnya banyak kocaknya dan humoris juga. Sejak hari itu, mereka
makin akrab dan setiap hari Athar sering jalan sama Ana. Bahkan nganter jemput
Ana ngampus dan pulkam. Athar juga mencari kerja di kota itu, sehingga mereka
makin dekat dan akhirnya jadian. Athar sabar banget dan banyak ngajarin Ana
soal materi dan teknis alat buat persiapan menjelang Ana sidang kelulusan. The
end guuuuysss…. !
Jumat, 18 Februari 2022
MINYAK GORENG
Terpontang panting angin bertiup kencang siang ini. Tanaman kecil dengan pot lemah terguling karena tiupannya, juga pintu-pintu ruang rumah ini yang menutup dengan kencangnya, cukup membuatku tersedak yang sedang menyuap sesendok nasi dengan kuah sop buatanku. Jadi kesal kalau ingat pagi tadi, kalian tau kenapa aku makan tanpa lauk gorengan ? Sepanjang pasar aku telusuri pagi ini tak satupun tersisa minyak goreng untuk ku beli. Kudengar kabar, memang harga minyak sedang turun akhir-akhir ini karena subsidi. Ah wacana apa lagi ini, murah tapi ngga ada ya percuma. Udah kebayang segernya sayur sop dengan sambal kecap berlauk tahu dan tempe goreng tapi.. Ah sudahlah jadinya tahu ku rebus saja jadi satu dengan sayuran.
Dingin sekali, cuaca siang ini. Biasanya juga panas bahkan hampir membakar kulit tangan saat aku menjemur pakaian. Tak lama hujan deras dengan udara sedingin perhatian mu kepadaku. Ah apa sih. Bagaimana bisa kita akan tahan dan baik-baik saja dengan perubahn cuaca seekstrim ini. Kurasa Tuhan sedang cemburu dengan kelakuan kita yang lagi lebih acuh kepadanya dan lebih menyukai dunia. Dalam hatiku,
"Tuhan tolong jangan marah dulu. Aku masih belum menikah."
"Tuhan jangan marah dulu, tadi aku melihat tua renta masih miskin mencari botol plastik kosong disisi ruang pasar."
"Tuhan, jangan marah dulu, masih ada pemuda yang gigih belajar untuk mengubah nasib di masa depan."
"Tuhan, jangan marah dulu, masih ada anak-anak tak berdosa yang mau singgah di rumahmu untuk bermain perosotan setelah menunaikan sholat jumat."
Kami tau Engkau kuat tiada tanding, maka dari tulisan ini. Aku mohon, jangan marah dulu.
Rabu, 16 Februari 2022
Seru juga ya ?
Ni..nu ni..nu
ni..nu, berisiknya bunyi dekat dari palang pintu perlintasan kereta api Caruban
malam ini. Perjalananku masih tersisa satu jam lagi, aku harus bersabar menaiki
motor kesayangan. Usai kereta melintas, pintu dibuka seperti berada di medan
perang untuk siap tawuran dengan kubu depan. Majuuuu ! Teriakku dalam hati
menghibur diri karena lelahnya perjalanan. Nggak terlalu cepat juga aku tancap
gas saat ini, hanya di kecepatan 70-80 km/jam saja.
Udara lagi seger banget karena baru saja turun hujan. Selalu,
aku riang gembira meskipun lelah mengarungi jalanan ini sambil dengerin lagu
yang ku putar dari ponselku. Sambil membayangkan, enak juga ya jadi stranger di
kota orang. Tidak ada yang mengenalimu, I mean masa lalu mu, siapa orangtuamu,
dan siapa keluargamu. Semua orang hanya melihat aku. Cukup aku yang ada di
depan matanya, cukup aku dengan segala tindakan dan pola pikir, dan cukup aku
dengan apapun penampilannya saat itu. Enak juga ya, cuma ditanya nama dan apa
kesibukannya disini. Apa project mu ? Bagaimana rencana mu ? Lalu bertukar ide
yang mana jatuhnya saling ngasih informasi dan tambahan pengetahuan yang kita
interest bebas kulik tanpa bayar seminar cuy !
Yap, itu semua pernah terjadi kepadaku. Saat aku sering
mengunjungi cafetaria sekitar untuk duduk sendiri dan menulis sesuatu. Tak jarang
pasti aku dihampiri untuk dimintain tolong ngefotoin pasangan, atau ngga
sekelompok muda-mudi yang sedang berkumpul ria. Akhirnya, ya mereka gabung dan
aku menambah jaringan dan pengetahuan klasifikasi tipe manusia.
Seru juga, jadi ‘pendatang’ di kota orang. Selalu dihormati
tanpa pandang dan mengusik masa lalu kita. Selama kita menampilkan senyum ramah
menghormati dengan sedikit taburan santun dan etika yang kita bawa pada gestur
diri ini, kurasa akan aman perjalananmu mengarungi kota-kota dimanapun. Sejauh yang
kualami, semua orang sebenarnya adalah pribadi baik dan sangat senang bertemu
orang baru. Tak jarang mereka banyak bercerita, karena merasa lebih nyaman
bercerita dengan seorang baru yang mungkin besok tidak bisa kamu jumpai lagi
untuk sekedar saling sapa dan no salty tentunya ya. Hihihi
Saraf Terjepit Meringis
Tahukah kamu mendung hari ini cukup mendukung
suasana tak karuan yang menaungi isi kepalaku. Ya, aku Ana. Dua hari lalu baru
saja tersungkur jatuh dari tangga ruko saat akan mengecek lantai dua yang bocor
karena karyawanku meminta perbaikan. Kupikir boleh juga untuk melakukan
pengecekan sendiri dulu, lagipula aku sedang tidak mengerjakan apapun hari ini.
Baiklah, kunaik sampai di lantai atas aku terpeleset karena genangan air dari
plafon yang bocor. Hmmm, nikmat betul sakitnya sampai membuatku tak bisa duduk
dalam dua hari terakhir. Sekarang aku lumayan ada peningkatan, detik ini aku
bisa duduk dan ini sangat menyenangkan. Ditemani Dika, pacar terbaikku yang
selalu ada dan menengokku setiap hari memastikan aku makan tepat waktu.
Dia membopongku, ke balkon depan kos dibantu
dengan Bapak kos yang baik hati mengganggapku seperti anaknya sendiri. Hari ini
dia ngasih aku buah jeruk satu piring. “Dimakan ya biar cepet sembuh, nak Dika
kalau ga capek pijitin itu si Ana, pake balsem biar berkurang sakitnya”, ucap
Pak Kos. “Oh.. iya Pak. Nanti saja, Ana masih pengen duduk disini. Pengen lihat
pemandangan katanya”, sahut Dika. Aku hanya tersenyum lalu mengucap terima
kasih kepada Pak Kos. Kemudian beliau pergi ke bawah, meninggalkan kami. Hah..
senang sekali, bisa duduk melihat luar lagi setelah dua hari hanya telentang
menatap plafon kamar kos yang hanya sepetak itu. Entah apa jadinya kalau ngga
ada Dika saat itu, aku mungkin akan repot sendiri sambil nangis karena
kesakitan.
Sembari menggerakkan punggungku maju dan mundur,
Dika memutar playlist nya yang tentu saja adalah favoritku. Apapun yang dia
putar, pasti aku sangat menyukainya karena kita sefrekuensi. Kita tuh udah
sampai di fase kayak, saling menatap sambil angkat satu alis tanpa berbicara
apapun kita tuh mengerti dan tahu apa isi kepala masing-masing saat itu. Wkwkwkk
Dika memang selain pacar yang baik dia adalah teman yang baik juga. Kadang bisa
jadi bestie, kadang jadi boyfriend, kadang juga jadi tuyul nakal yang
merepotkan karena tingkahnya.
“Ana, km coba berdiri aku bantu terus peregangan
kayak gini”, saran si Dika sambil memperagakan dirinya memegangi pagar balkon
dengan menaikkan kaki belakang ke atas pelan. Aku mengangguk dan menirukan
gayanya. Kami melakukan gerakan itu secara berulang-ulang sambil mengatur
penapasan. Nggak lama, benar saja pinggangku membaik dan aku bisa berjalan
pelan. Aku sangat senang tentunya, lalu Dika membisikkan kepadaku, “Cantiik, ikut
aku kita jalannya di teras café sambil jajan. Disana kan banyak orang jualan. Mumpung cuma mendung nih gak hujan kok”, pintanya sambil pasang muka imut padahal serem
kumisnya tebel banget cuy wkwkwkw. “ih.. mauu lah aku bosen disini terus”,
sahutku. Baiklah tak perlu lama aku sambil jalan pelan-pelan kita langsung cus
menuju café. Oh iya café yang dimaksud adalah punya dia sendiri, karena ini
hari Senin jadi tutup. Kita bisa latihan disana dan nongkrong berdua tanpa
diganggu pengunjung lain. Tempatnya strategis banget, soalnya di sudut
perempatan jalan lalu di sampingnya ada SMA 6, di seberang kiri ada SMA 1 dan seberang kanan ada SMP 4. Kalau pagi
dan sore, teras depan sepanjang jalan selalu ramai oleh penjual dan jadi cycling
track buat pesepeda dan juga siapapun yang mau jalan kaki.
Sampai disana, kita masuk ke pagar buat markir
motor, lalu aku berjalan sambil melepas alas kakiku diatas batu-batu yang ada
di teras café. Dia masuk ke dalam menyalakan semua lampu dan memutar playlist
kita lagi hihi. Beberapa menit kemudian es kopi susu gula aren favoritku
dipegangnya lalu ditempel ke dahiku. Astaga, ada-ada saja si kumis ini. Dia buatin aku minuman ternyata selama di dalam tadi, nggak lama driver online food datang
nganterin kue lekker, roti bakar, sama kentang goreng yang bahkan aku gak
pesan. Astaga, lagi-lagi si kumis nih mesenin buat aku ternyata. Haduh, ada-ada
saja ulah manisnya yang bikin aku klepek-klepek euy. Hihihihi, terus aku diajak
ke dalam buat makan sambil ngobrol. Yap, seperti biasa, dia selalu sambil baca
buku yang memang di sediakan di cafenya, yang mana ya itu buku-buku dia sendiri
sih yang dibawanya dari rumah untuk pajangan dan bacaan di café. Aku yang
sambil makan dan banyak ceriwisnya ini, selalu sambil melihatinya yang selalu
serius membaca buku tapi sesekali melihatku lalu tersenyum.
Setelah beberapa saat, Dika menanyaiku, “Eh,
duduk-duduk aja nih. Sana latihan. Emang udah sembuh ?”, tanya dia. “Dih,
gasadar ape gimana Bung ! Lihat nih, hap hap hap”, aku berdiri dari duduk lalu
lanjut berjalan sambil mengambil langkah lebar-lebar. “Widih.. Alhamdulillah,
udah bisa centil lagi nih bocah !”, ejeknya sambil senyum lebar. Terus dia
mengayunkan tangannya memanggilku untuk mendekat, nih hadiah udah bisa
jalannya. Kedua tangannya pegang pipiku, lalu dicium keningku sambil senyum
senyum dari jarak dekat, “yeyeyeye.. udah bisa jalan lagi, bocah centil”. Hmm gimana
gak berbunga-bunga ya hatiku punya pacar baik, sabar, perhatian, dan lembut
begini. Duh.. Wkwkwkwk udah deh aku cuma mau nulis ini aja. Kalian kira narasi
mendung-mendung selalu sedih ya ? hihi,,, tentu tidak. Mendung kali ini Tatiana
malah bahagia berbunga-bunga karena Dika yang sangat perhatian dan penuh kasih
memperlakukannya disaat kesakitan. The end… ^_^
Tercekat lidahku malam ini, satu pil ku teguk untuk menahan pelik di kepala Saat ini aku hanya sedang mengasihani diriku untuk tahun-tahun s...
-
Diantara gemuruh angin sejuk kota ini, lihatlah seorang gadis meringkuk dibalik selimutnya. Sangat nyenyak tidurnya, sampai-samp...
-
Tercekat lidahku malam ini, satu pil ku teguk untuk menahan pelik di kepala Saat ini aku hanya sedang mengasihani diriku untuk tahun-tahun s...
-
Tahukah kamu mendung hari ini cukup mendukung suasana tak karuan yang menaungi isi kepalaku. Ya, aku Ana. Dua hari lalu baru saja tersungkur...