Rabu, 13 Juli 2022

Tercekat lidahku malam ini, satu pil ku teguk untuk menahan pelik di kepala
Saat ini aku hanya sedang mengasihani diriku untuk tahun-tahun silam 
Seorang gadis tinggal sendirian, melalui siang dan malam 

sepulang kerja, mengusap keringatnya sendiri
bersikap ramah kepada cermin 
ketika perutnya menjerit kelaparan, lagi-lagi diatasinya dengan mandiri

bangun dari rebahan, berjalan menuju dapur belakang
ruang kosong diujung kanan jadi kendala terbesarnya
dia takut kegelapan

disaat hujan turun jantungnya gugup, dia panik karena gemuruh berisik yang monoton
tak berhenti disana, menyusul listrik kompleknya padam 
pandangan gelap menguasai seluruh sudut ruangan

keringat dingin mengucur sangat deras, gadis itu tak tau harus bagaimana
satu-satunya nama yang ditangguhkan telah pergi entah kemana, 
panggilan keluar kepadanya, diabaikan dan terjawab nihil

sangat terpaksa dia beranikan dirinya untuk mencari sumber cahaya dari sinar bulan ditengah malam
meskipun dingin, dia merasa aman meringkuk di pintu depan
Lebih baik masuk angin daripada dimasuki setan !
ucapnya dalam hati sambil menunggui fajar melenggang datang, 

sangat kuingat, setelah waktu menegangkan itu
menyusul listrik kembali nyala, seketika sumringah terlukis diwajahnya
menghela nafas lega dan segeran kembali berselimut manja

ingin rasanya aku ada disana, untuk sekedar mengurai rambut dan menepuk badannya
sambil membacakan dongeng, untuk mengusir rasa sepinya

Maafkan aku sudah ceroboh mengambil jalan
tumbuhlah dengan baik, dan jadilah kuat
untukku kapanpun aku membaca pesan ini 

Minggu, 27 Februari 2022

Dijawab Dua Tahun


            Diantara gemuruh angin sejuk kota ini, lihatlah seorang gadis meringkuk dibalik selimutnya. Sangat nyenyak tidurnya, sampai-sampai lupa kalau jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Itu artinya dia bakalan telat ngampus kalau belum siap sebelum jam 07.00 WIB tepat. Kenalin, ini Tatiana. Seorang gadis baik hati, yang acuh dengan keadaan sekitar. Bahkan saat jalan kaki pun, sepasang matanya hanya menyoroti jalan yang akan diinjaki sepasang kakimya. Yap, hanya melihat menunduk kebawah dan lurus kedepan. Tak jarang banyak teman-temannya komplain, “Ana.. kamu tuh ya sombong banget orang dipanggil-panggil tapi malah ngga nyaut dan bahkan ga nengok sedikitpun!”, beginilah kira-kira bunyi temen-temennya kalau lagi ngambek ngga disapa balik Tatiana pas bertemu dijalan. Ya bukannya sombong, tapi Ana takut banget melihat yang nggak seharusnya dia lihat atau bahkan berisiko mengganggu konsentrasinya nanti-nanti. Apalagi kalau bukan menjaga pandangan dari cowok-cowok ganteng di kampusnya. Tau sendirilah anak teknik banyak banget cowok cakep dan kerennya. Selain itu emang pandangan Ana burem, ya namanya juga minus dan silinder kanan kiri. Tapi yang namanya manusia ngga mungkin dong nggapunya rasa suka ke lawan jenis alias ngecengin salah satu dari beberapa yang bertebaran disana, yap. Ana mengagumi salah satu cowok satu jurusannya.

            Suatu hari di sore yang cerah, Ana selesai mengerjakan UTS di ruang kelasnya. Karena jam sudah usai, dia segera meninggalkan kelas untuk diisi oleh mahasiswa lainnya. Emang dasar Ana suka jajan, maka dia selalu pergi ke kantin usai kelar ngerjain UTS. Eh pas di lorong dia ga sengaja papasan sama sesosok. Manusia yang indah banget bagi Ana, bahkan dia sampe gagal menundukkan pandangannya saat itu. Ana berpapasan dengan mahasiswa yang berparas ganteng mirip tokoh salah satu pemain film favoritnya. Bahkan pas udah berlalu, Ana masih ngga percaya dan sempat bengong di etalase kantin, untuk menpuk-nepuk pipinya. Terus ditanyain sama Mas Kantin nya. “Neng, kenapa kok ditepok-tepok pipinya ?”, mendengar itu Ana lalu sadar dan memesan beberapa makanan dan es teh tentunya. Lalu dia bergegas mampir ke gazebo luar untuk menyantap itu semua.

            By the way Ana emang suka kemana-mana sendirian, dia ngga terlalu suka keramaian. Bahkan Ana rela ngehabisin waktu longgar istirahat nya buat jalan ke gedung jurusan lain yang dianggapnya strategis. Taulah ya strategis dari kacamata Ana tuh ya yang mencukupi syarat 1. Sepi, 2. Hening, 3. Tenang, 4. Nggak panas, 5. Jauh dari jangkauan orang yang dikenali Ana. Nah selama sesuai dengan lima syarat tadi, pasti Ana bakalan sering banget nyantui disitu. Tanpa gazebo, dia langsung ngedoprok aja di balik gedung itu. Sambil nancepin headset ke hp, bawa seperangkat jajan dan esnya, gak lupa bawa binder favoritnya buat nulis bebrapa bait puisi random yang tiba-tiba sering keluar di kepalanya. Spesial hari ini, Ana bingung banget karena kayak kehabisan ide. Isi kepalanya terus dipenuhi cowok yang bersimpangan dengannya hari itu. “Wah baru kali ini aku kosong banget, astaga kakak itu tadi jurusan nya apa ya ? tapi kalau diperhatiin PDH nya sama kayak punyaku sih. Tapi kok baru nongol sekarang ya? Kok aku ga pernah ketemu dihari sebelum-sebelumnya sih ?”, Ana terus mengisi kepalanya dengan pertanyaan itu tadi. Nggak lama alarm di hp nya berdering ngingetin Ana buat segera balik ke kelas buat ikut pelajaran berikutnya.

            Ana masih mencari tau identitas mahasiswa itu tapi nggak kunjung bertemu. Dia hanya bisa ketemu kalau pas hoki dan itupun cuma papas an di jalan beberapa detik saja. Meskipun begitu Ana seneng banget tentunya, dan diam-diam memendam rasa suka sama mahasiswa itu. Setiap Ana mau tidur, selesai sholat, Ana terus berharap suatu saat nanti bisa mengenalnya. Lalu Ana terlelap tidur ditengah mengerjakan tugas nya.

            Ana adalah gadis yang sebenarnya cantik, nggak sedikit mahasiswa menghubunginya menawarkan untuk jalan bareng, main, bahkan pacaran. Tapi, Ana seringkali menolak karena memang hati Ana masih sulit untuk memulai sebuah hubungan seperti pacaran misalnya, karena masih ada ketakutan dan trauma dari yang sudah-sudah. Iya, setahun yang lalu Ana dekat dengan mahasiswa satu jurusannya juga. Mereka berpacaran, tapi harus terpaksa berakhir karena masing-masing rupanya kebingungan membagi waktu antara kuliah-keluarga-organisasi-pacaran. Karena keduanya masih amatiran dalam berpacaran akhirnya mereka putus, tapi ya masih saling menyukai. Satu dua kali mantan Ana menyempatkan untuk mengajak bertemu dan makan bubur bareng usai rakor. Mantan Ana ini anak yang cerdas, humoris, humble, dan punya banyak teman. Itulah kenapa dia mendapat banyak dukungan dari teman-temannya untuk maju menjadi Presbem saat itu. Itulah kenapa Ana sendiri yang mana seorang fungsionaris himpunan mahasiswa jurusan yang jga punya beberapa program kerja yang sibuk, mengerti dan memahami keadaan saat itu buat menerima kalau putus adalah jalan yang baik untuk keduanya.

            Dua tahun berlalu, sekarang Ana berada di semester lima. Ana menjalani kehidupannya sendiri. Masih dengan membentengi diri dan terus memperkokoh pagar pembatas menuju hatinya. Karena akan ada promnight untuk perpisahan dengan kating sebelum wisuda, maka masing-masing kelas dapet kesempatan 2 orang buat jadi panitia acara tersebut. Tentu saja Ana orang pertama yang tunjuk jari buat jadi painita, dia sangat antusias kalau udah berbau acara-acara gini. Dikelas itu Ana dan Catur yang mewakili untuk ikut menjadi panitia acara. Usai data diserahkan, mereka diminta buat ngumpul ke aula Pertamina sore hari itu. Ana dan Catur juga dimasukkan ke dalam grup besar panitia gabungan dengan peserta acara prom saat itu juga.

            Saat Ana masuk ke Aula, dadanya berdetak kencang banget. Kaget karena dia ngelihat cowok yang dia sukai dua tahun lalu yang dia nggatau identitasnya. Bahkan namanya aja nggaktau, dan sedih diwaktu bersamaan karena ngga sempet ngecengin eh udah mau lulus aja jadi kayak yaampun buk ini saya pengen ada kisah berdua gitu sama pengeran itu kenapa udah mau lulus ajeluuu ! hihihi ternyata ditengah brifing, cowok itu juga suka curi-curi pandang sama si Ana. Bahkan Ana gasadar kalau dia lagi merhatiin Ana dari kejauhan. Pas mau mulai bagi tugas kebetulan ponsel Ana lowbat, dan butuh stopkontak. Trus pas ana mau ngecharge, ada cowok yang membelakangi Ana juga lagi ngecas. “Permisi, maaf kak saya mau numpang nge-charge disini juga”, eh belum kelar selesai orang nya nengok dan itu adalah cowok yang Ana sukai dong ! wahgimana gimana ini… gimanaa doong ! “Oh, iya iya, silahkan”, jawabnya. Semenjak hari itu, menuju prom, Ana jadi sering papasan sama cowok ini. Tapi masih dia nggaktau siapa namanya. Bahkan di tempat Ana ngegame dan nongkrong sendirian dibalik gedung jurusan Kimia pun, Ana sempet ngeliat itu kating lewat dan nengok ke Ana. Makin heran kan ?  

            Malam promnight pun tiba, Ana galau banget soalnya dia belum selesai ngerjain tugas yang harus dikumpulin besok, sedangkan dia punya tanggungjawab di acara Prom sebagai panitia. Disisi lain, Ana pengen lihat kating itu sebelum dia lulus. Minimal pasti tau namanya lah setelah acara usai. Akhirnya Ana tetep dateng ke acara dan memakai dresscode sesuai kesepakatan yaitu black and gold. Sampai disana Ana curi-curi pandang ke kating itu, sama halnya dia juga curi-curi pandang ke Ana. Dua jam disana Ana mulai kepikiran tugasnya, lalu Ana ketemu sama Fatimah anak kelas lain tapi punya jadwal matkul yang sama. Mereka saling menyapa dan mulai bicarain tugas itu, karena takut dan ngga tenang, Ana dan Fatimah pun meninggalkan acara dan memutuskan ngerjain tugas bareng ke kos Ana. Meskipun nggak berhasil dapetin nama katingnya, at least Ana udah ketemu dan melihat cowok itu sedang melihati Ana juga adalah kelegaan buat Ana. Sekarang Ana ikhlas dan nggak lagi ngecengin cowok. WKWKWKWK

            Malam itu Fatimah tidur dikos Ana soalnya kemaleman juga, dan tugasnya belum kelar juga padahal udah jam duabelas lewat. Mereka tidur bareng saat itu dan paginya berangkat ngampus berdua. Ana berjalan dari parkiran menuju Lab dengan lesu loyo karena tau dan sadar nggakbakalan bisa kenal sama orang yang dia sukai dua tahun itu. Nggak lupa dia mampir musholla dulu buat dhuha sebelum ke kelasnya. Usai dari kelas, Ana pergi ke perpustakaan  buat nyantai dan ngademin pikiran dengan baca-baca buku tambahan materi kuliahnya. Dia ngambil beberapa buku juga buat dipinjam dan dibawa balik ke kosan, karena tau besok ada matkul yang dosennya galak banget dan ada tugas darinya yang belum Ana kerjain dan itu lumayan banyak. “Yah.. lagi-lagi bakalan tidur pagi aku!”, keluh Ana sambil jalan menuju parkiran motor sebelum balik ke kosan.

            Seperti biasa, Ana ngerjain tugas setelah isya sampe pagi lah ya. Saat jam menunjukkan jam satu dinihari, ada pesan masuk dari nomor nggak dikenal. “Assalamualaikum, ini bener nomor Nova bukan ya ?”. Ana baca sambil nguap, hadeeh, siape lagi nih. Kuliah yang bener, dasar inimah buaya lagi cari mangsa kali. Lalu ana menjawab,”iya. Maaf dengan siapa ya?”. Lalu nomor misterius itu menjawab, “Hai Tatiana, aku Athar. Aku dapetin nomor kamu dari temenmu sih hehe. Maaf ya aku maksa ke dia terus aku dapet deh kamu jangan marah”. Aku bingung, perasaan ngga ada temenku bernama Athar. Lalu kujawab, “Athar siapa ya ?”. “Save dulu nomorku biar keluar profil picture ku, biar kamu tau. Mungkin kamu familiar sama aku.”, jawabnya. Sembari rehat dari banyak menulis rumus dan algoritma, Ana menyimpan nomor itu ke kontaknya. Jadilah muncul profile picture si Athar ini. Ana yang tadinya ngantuk langsung melotot, sambil nutupin mulutnya yang reflek teriak barusan. “Hah !!!!!!!!! ini bener ?”, ucap Ana dalam hati. Rupanya itu adalah kating yang selama ini Ana cengin. “Oh iya aku tau hehe. Kakak katingku ya. Ada perlu apa kak malam-malam gini?” tanyaku. Lalu dia ngejawab, “iya aku katingmu hehe. Nggak ada perlu apa-apasih aku ngga bisa tidur kan. Terus aku udah simpan nomormu dari beberapa hari lalu  sebenernya cuma aku mau ngechat takut, takut ada yang marah. Nggak adakan ?”, tanya dia. Hiliiiiih dasar mulut lelaki template banget buat mastiin cewek masih single atau engga selalu pakai jurus kalimat itu. Yaaa karena Ana udan KO duluan ya, akhirnya jadi bego deh si Ana dan mereka pun chattingan intens sejak hari itu. Ditambah ternyata mereka berasal dari daerah yang sama.

            Ana gak berhenti-hentinya senyum-senyum meskipun udah ga liat si cowok ini ke kampus. Suatu hari, Ana kedapetan di tilang polisi soalnya ngeboncengin temennya yang jalan kaki. Meskipun cuma bawa satu helm yang dia pake doang, Ana tetep mau nganter temennya balik. Eh pas dijalan ada pakpol mergokin si Ana ngebonceng Fatimah tanpa helm. Akhirnya harus sidang deh. Nah pas Ana mau kesana si Athar nawarin buat nganter sidang. Ya Ana pasti maulah, kapan lagi dianterin ama pujaan hati. Astagaa… sampe ditempat sidang, sumpah antriannya panjang banget. Bahkan sampe tiga jam mereka disana.sambil nungguin dipanggil, mereka banyak ngobrol. Ternyata Athar ini anaknya kocak banget. Cocok deh sama Ana yang sebenrnya banyak kocaknya dan humoris juga. Sejak hari itu, mereka makin akrab dan setiap hari Athar sering jalan sama Ana. Bahkan nganter jemput Ana ngampus dan pulkam. Athar juga mencari kerja di kota itu, sehingga mereka makin dekat dan akhirnya jadian. Athar sabar banget dan banyak ngajarin Ana soal materi dan teknis alat buat persiapan menjelang Ana sidang kelulusan. The end guuuuysss…. !

Jumat, 18 Februari 2022

MINYAK GORENG

       Terpontang panting angin bertiup kencang siang ini. Tanaman kecil dengan pot lemah terguling karena tiupannya, juga pintu-pintu ruang rumah ini yang menutup dengan kencangnya, cukup membuatku tersedak yang sedang menyuap sesendok nasi dengan kuah sop buatanku. Jadi kesal kalau ingat pagi tadi, kalian tau kenapa aku makan tanpa lauk gorengan ? Sepanjang pasar aku telusuri pagi ini tak satupun tersisa minyak goreng untuk ku beli. Kudengar kabar, memang harga minyak sedang turun akhir-akhir ini karena subsidi. Ah wacana apa lagi ini, murah tapi ngga ada ya percuma. Udah kebayang segernya sayur sop dengan sambal kecap berlauk tahu dan tempe goreng tapi.. Ah sudahlah jadinya tahu ku rebus saja jadi satu dengan sayuran.

        Dingin sekali, cuaca siang ini. Biasanya juga panas bahkan hampir membakar kulit tangan saat aku menjemur pakaian. Tak lama hujan deras dengan udara sedingin perhatian mu kepadaku. Ah apa sih. Bagaimana bisa kita akan tahan dan baik-baik saja dengan perubahn cuaca seekstrim ini. Kurasa Tuhan sedang cemburu dengan kelakuan kita yang lagi lebih acuh kepadanya dan lebih menyukai dunia. Dalam hatiku,

                  "Tuhan tolong jangan marah dulu. Aku masih belum menikah." 

            "Tuhan jangan marah dulu, tadi aku melihat tua renta masih miskin mencari botol plastik kosong disisi ruang pasar."

                "Tuhan, jangan marah dulu, masih ada pemuda yang gigih belajar untuk mengubah nasib di masa depan."

                 "Tuhan, jangan marah dulu, masih ada anak-anak tak berdosa yang mau singgah di rumahmu untuk bermain perosotan setelah menunaikan sholat jumat."

        Kami tau Engkau kuat tiada tanding, maka dari tulisan ini. Aku mohon, jangan marah dulu.

Rabu, 16 Februari 2022

Seru juga ya ?

Ni..nu ni..nu ni..nu, berisiknya bunyi dekat dari palang pintu perlintasan kereta api Caruban malam ini. Perjalananku masih tersisa satu jam lagi, aku harus bersabar menaiki motor kesayangan. Usai kereta melintas, pintu dibuka seperti berada di medan perang untuk siap tawuran dengan kubu depan. Majuuuu ! Teriakku dalam hati menghibur diri karena lelahnya perjalanan. Nggak terlalu cepat juga aku tancap gas saat ini, hanya di kecepatan 70-80 km/jam saja.

            Udara lagi seger banget karena baru saja turun hujan. Selalu, aku riang gembira meskipun lelah mengarungi jalanan ini sambil dengerin lagu yang ku putar dari ponselku. Sambil membayangkan, enak juga ya jadi stranger di kota orang. Tidak ada yang mengenalimu, I mean masa lalu mu, siapa orangtuamu, dan siapa keluargamu. Semua orang hanya melihat aku. Cukup aku yang ada di depan matanya, cukup aku dengan segala tindakan dan pola pikir, dan cukup aku dengan apapun penampilannya saat itu. Enak juga ya, cuma ditanya nama dan apa kesibukannya disini. Apa project mu ? Bagaimana rencana mu ? Lalu bertukar ide yang mana jatuhnya saling ngasih informasi dan tambahan pengetahuan yang kita interest bebas kulik tanpa bayar seminar cuy !

            Yap, itu semua pernah terjadi kepadaku. Saat aku sering mengunjungi cafetaria sekitar untuk duduk sendiri dan menulis sesuatu. Tak jarang pasti aku dihampiri untuk dimintain tolong ngefotoin pasangan, atau ngga sekelompok muda-mudi yang sedang berkumpul ria. Akhirnya, ya mereka gabung dan aku menambah jaringan dan pengetahuan klasifikasi tipe manusia.

            Seru juga, jadi ‘pendatang’ di kota orang. Selalu dihormati tanpa pandang dan mengusik masa lalu kita. Selama kita menampilkan senyum ramah menghormati dengan sedikit taburan santun dan etika yang kita bawa pada gestur diri ini, kurasa akan aman perjalananmu mengarungi kota-kota dimanapun. Sejauh yang kualami, semua orang sebenarnya adalah pribadi baik dan sangat senang bertemu orang baru. Tak jarang mereka banyak bercerita, karena merasa lebih nyaman bercerita dengan seorang baru yang mungkin besok tidak bisa kamu jumpai lagi untuk sekedar saling sapa dan no salty tentunya ya. Hihihi          

Saraf Terjepit Meringis

Tahukah kamu mendung hari ini cukup mendukung suasana tak karuan yang menaungi isi kepalaku. Ya, aku Ana. Dua hari lalu baru saja tersungkur jatuh dari tangga ruko saat akan mengecek lantai dua yang bocor karena karyawanku meminta perbaikan. Kupikir boleh juga untuk melakukan pengecekan sendiri dulu, lagipula aku sedang tidak mengerjakan apapun hari ini. Baiklah, kunaik sampai di lantai atas aku terpeleset karena genangan air dari plafon yang bocor. Hmmm, nikmat betul sakitnya sampai membuatku tak bisa duduk dalam dua hari terakhir. Sekarang aku lumayan ada peningkatan, detik ini aku bisa duduk dan ini sangat menyenangkan. Ditemani Dika, pacar terbaikku yang selalu ada dan menengokku setiap hari memastikan aku makan tepat waktu.

Dia membopongku, ke balkon depan kos dibantu dengan Bapak kos yang baik hati mengganggapku seperti anaknya sendiri. Hari ini dia ngasih aku buah jeruk satu piring. “Dimakan ya biar cepet sembuh, nak Dika kalau ga capek pijitin itu si Ana, pake balsem biar berkurang sakitnya”, ucap Pak Kos. “Oh.. iya Pak. Nanti saja, Ana masih pengen duduk disini. Pengen lihat pemandangan katanya”, sahut Dika. Aku hanya tersenyum lalu mengucap terima kasih kepada Pak Kos. Kemudian beliau pergi ke bawah, meninggalkan kami. Hah.. senang sekali, bisa duduk melihat luar lagi setelah dua hari hanya telentang menatap plafon kamar kos yang hanya sepetak itu. Entah apa jadinya kalau ngga ada Dika saat itu, aku mungkin akan repot sendiri sambil nangis karena kesakitan.

Sembari menggerakkan punggungku maju dan mundur, Dika memutar playlist nya yang tentu saja adalah favoritku. Apapun yang dia putar, pasti aku sangat menyukainya karena kita sefrekuensi. Kita tuh udah sampai di fase kayak, saling menatap sambil angkat satu alis tanpa berbicara apapun kita tuh mengerti dan tahu apa isi kepala masing-masing saat itu. Wkwkwkk Dika memang selain pacar yang baik dia adalah teman yang baik juga. Kadang bisa jadi bestie, kadang jadi boyfriend, kadang juga jadi tuyul nakal yang merepotkan karena tingkahnya.

“Ana, km coba berdiri aku bantu terus peregangan kayak gini”, saran si Dika sambil memperagakan dirinya memegangi pagar balkon dengan menaikkan kaki belakang ke atas pelan. Aku mengangguk dan menirukan gayanya. Kami melakukan gerakan itu secara berulang-ulang sambil mengatur penapasan. Nggak lama, benar saja pinggangku membaik dan aku bisa berjalan pelan. Aku sangat senang tentunya, lalu Dika membisikkan kepadaku, “Cantiik, ikut aku kita jalannya di teras café sambil jajan. Disana kan banyak orang jualan. Mumpung cuma mendung nih gak hujan kok”, pintanya sambil pasang muka imut padahal serem kumisnya tebel banget cuy wkwkwkw. “ih.. mauu lah aku bosen disini terus”, sahutku. Baiklah tak perlu lama aku sambil jalan pelan-pelan kita langsung cus menuju café. Oh iya café yang dimaksud adalah punya dia sendiri, karena ini hari Senin jadi tutup. Kita bisa latihan disana dan nongkrong berdua tanpa diganggu pengunjung lain. Tempatnya strategis banget, soalnya di sudut perempatan jalan lalu di sampingnya ada SMA 6, di seberang kiri  ada SMA 1 dan seberang kanan ada SMP 4. Kalau pagi dan sore, teras depan sepanjang jalan selalu ramai oleh penjual dan jadi cycling track buat pesepeda dan juga siapapun yang mau jalan kaki.

Sampai disana, kita masuk ke pagar buat markir motor, lalu aku berjalan sambil melepas alas kakiku diatas batu-batu yang ada di teras café. Dia masuk ke dalam menyalakan semua lampu dan memutar playlist kita lagi hihi. Beberapa menit kemudian es kopi susu gula aren favoritku dipegangnya lalu ditempel ke dahiku. Astaga, ada-ada saja si kumis ini. Dia buatin aku minuman ternyata selama di dalam tadi, nggak lama driver online food datang nganterin kue lekker, roti bakar, sama kentang goreng yang bahkan aku gak pesan. Astaga, lagi-lagi si kumis nih mesenin buat aku ternyata. Haduh, ada-ada saja ulah manisnya yang bikin aku klepek-klepek euy. Hihihihi, terus aku diajak ke dalam buat makan sambil ngobrol. Yap, seperti biasa, dia selalu sambil baca buku yang memang di sediakan di cafenya, yang mana ya itu buku-buku dia sendiri sih yang dibawanya dari rumah untuk pajangan dan bacaan di café. Aku yang sambil makan dan banyak ceriwisnya ini, selalu sambil melihatinya yang selalu serius membaca buku tapi sesekali melihatku lalu tersenyum.

Setelah beberapa saat, Dika menanyaiku, “Eh, duduk-duduk aja nih. Sana latihan. Emang udah sembuh ?”, tanya dia. “Dih, gasadar ape gimana Bung ! Lihat nih, hap hap hap”, aku berdiri dari duduk lalu lanjut berjalan sambil mengambil langkah lebar-lebar. “Widih.. Alhamdulillah, udah bisa centil lagi nih bocah !”, ejeknya sambil senyum lebar. Terus dia mengayunkan tangannya memanggilku untuk mendekat, nih hadiah udah bisa jalannya. Kedua tangannya pegang pipiku, lalu dicium keningku sambil senyum senyum dari jarak dekat, “yeyeyeye.. udah bisa jalan lagi, bocah centil”. Hmm gimana gak berbunga-bunga ya hatiku punya pacar baik, sabar, perhatian, dan lembut begini. Duh.. Wkwkwkwk udah deh aku cuma mau nulis ini aja. Kalian kira narasi mendung-mendung selalu sedih ya ? hihi,,, tentu tidak. Mendung kali ini Tatiana malah bahagia berbunga-bunga karena Dika yang sangat perhatian dan penuh kasih memperlakukannya disaat kesakitan. The end… ^_^

Tercekat lidahku malam ini, satu pil ku teguk untuk menahan pelik di kepala Saat ini aku hanya sedang mengasihani diriku untuk tahun-tahun s...