Diantara
gemuruh angin sejuk kota ini, lihatlah seorang gadis meringkuk dibalik
selimutnya. Sangat nyenyak tidurnya, sampai-sampai lupa kalau jam sudah
menunjukkan pukul 06.30 WIB. Itu artinya dia bakalan telat ngampus kalau belum
siap sebelum jam 07.00 WIB tepat. Kenalin, ini Tatiana. Seorang gadis baik
hati, yang acuh dengan keadaan sekitar. Bahkan saat jalan kaki pun, sepasang
matanya hanya menyoroti jalan yang akan diinjaki sepasang kakimya. Yap, hanya
melihat menunduk kebawah dan lurus kedepan. Tak jarang banyak teman-temannya
komplain, “Ana.. kamu tuh ya sombong banget orang dipanggil-panggil tapi malah
ngga nyaut dan bahkan ga nengok sedikitpun!”, beginilah kira-kira bunyi temen-temennya
kalau lagi ngambek ngga disapa balik Tatiana pas bertemu dijalan. Ya bukannya
sombong, tapi Ana takut banget melihat yang nggak seharusnya dia lihat atau
bahkan berisiko mengganggu konsentrasinya nanti-nanti. Apalagi kalau bukan
menjaga pandangan dari cowok-cowok ganteng di kampusnya. Tau sendirilah anak
teknik banyak banget cowok cakep dan kerennya. Selain itu emang pandangan Ana burem, ya namanya juga minus dan silinder kanan kiri. Tapi yang namanya manusia ngga
mungkin dong nggapunya rasa suka ke lawan jenis alias ngecengin salah satu dari
beberapa yang bertebaran disana, yap. Ana mengagumi salah satu cowok satu
jurusannya.
Suatu
hari di sore yang cerah, Ana selesai mengerjakan UTS di ruang kelasnya. Karena
jam sudah usai, dia segera meninggalkan kelas untuk diisi oleh mahasiswa
lainnya. Emang dasar Ana suka jajan, maka dia selalu pergi ke kantin usai kelar
ngerjain UTS. Eh pas di lorong dia ga sengaja papasan sama sesosok. Manusia
yang indah banget bagi Ana, bahkan dia sampe gagal menundukkan pandangannya
saat itu. Ana berpapasan dengan mahasiswa yang berparas ganteng mirip tokoh
salah satu pemain film favoritnya. Bahkan pas udah berlalu, Ana masih ngga
percaya dan sempat bengong di etalase kantin, untuk menpuk-nepuk pipinya. Terus
ditanyain sama Mas Kantin nya. “Neng, kenapa kok ditepok-tepok pipinya ?”,
mendengar itu Ana lalu sadar dan memesan beberapa makanan dan es teh tentunya.
Lalu dia bergegas mampir ke gazebo luar untuk menyantap itu semua.
By
the way Ana emang suka kemana-mana sendirian, dia ngga terlalu suka keramaian.
Bahkan Ana rela ngehabisin waktu longgar istirahat nya buat jalan ke gedung
jurusan lain yang dianggapnya strategis. Taulah ya strategis dari kacamata Ana
tuh ya yang mencukupi syarat 1. Sepi, 2. Hening, 3. Tenang, 4. Nggak panas, 5.
Jauh dari jangkauan orang yang dikenali Ana. Nah selama sesuai dengan lima
syarat tadi, pasti Ana bakalan sering banget nyantui disitu. Tanpa gazebo, dia
langsung ngedoprok aja di balik gedung itu. Sambil nancepin headset ke hp, bawa
seperangkat jajan dan esnya, gak lupa bawa binder favoritnya buat nulis bebrapa
bait puisi random yang tiba-tiba sering keluar di kepalanya. Spesial hari ini,
Ana bingung banget karena kayak kehabisan ide. Isi kepalanya terus dipenuhi
cowok yang bersimpangan dengannya hari itu. “Wah baru kali ini aku kosong
banget, astaga kakak itu tadi jurusan nya apa ya ? tapi kalau diperhatiin PDH
nya sama kayak punyaku sih. Tapi kok baru nongol sekarang ya? Kok aku ga pernah
ketemu dihari sebelum-sebelumnya sih ?”, Ana terus mengisi kepalanya dengan
pertanyaan itu tadi. Nggak lama alarm di hp nya berdering ngingetin Ana buat
segera balik ke kelas buat ikut pelajaran berikutnya.
Ana
masih mencari tau identitas mahasiswa itu tapi nggak kunjung bertemu. Dia hanya
bisa ketemu kalau pas hoki dan itupun cuma papas an di jalan beberapa detik
saja. Meskipun begitu Ana seneng banget tentunya, dan diam-diam memendam rasa
suka sama mahasiswa itu. Setiap Ana mau tidur, selesai sholat, Ana terus
berharap suatu saat nanti bisa mengenalnya. Lalu Ana terlelap tidur ditengah
mengerjakan tugas nya.
Ana
adalah gadis yang sebenarnya cantik, nggak sedikit mahasiswa menghubunginya
menawarkan untuk jalan bareng, main, bahkan pacaran. Tapi, Ana seringkali
menolak karena memang hati Ana masih sulit untuk memulai sebuah hubungan
seperti pacaran misalnya, karena masih ada ketakutan dan trauma dari yang
sudah-sudah. Iya, setahun yang lalu Ana dekat dengan mahasiswa satu jurusannya
juga. Mereka berpacaran, tapi harus terpaksa berakhir karena masing-masing
rupanya kebingungan membagi waktu antara kuliah-keluarga-organisasi-pacaran.
Karena keduanya masih amatiran dalam berpacaran akhirnya mereka putus, tapi ya
masih saling menyukai. Satu dua kali mantan Ana menyempatkan untuk mengajak
bertemu dan makan bubur bareng usai rakor. Mantan Ana ini anak yang cerdas,
humoris, humble, dan punya banyak teman. Itulah kenapa dia mendapat banyak
dukungan dari teman-temannya untuk maju menjadi Presbem saat itu. Itulah kenapa
Ana sendiri yang mana seorang fungsionaris himpunan mahasiswa jurusan yang jga
punya beberapa program kerja yang sibuk, mengerti dan memahami keadaan saat itu
buat menerima kalau putus adalah jalan yang baik untuk keduanya.
Dua
tahun berlalu, sekarang Ana berada di semester lima. Ana menjalani kehidupannya
sendiri. Masih dengan membentengi diri dan terus memperkokoh pagar pembatas menuju
hatinya. Karena akan ada promnight untuk perpisahan dengan kating sebelum
wisuda, maka masing-masing kelas dapet kesempatan 2 orang buat jadi panitia
acara tersebut. Tentu saja Ana orang pertama yang tunjuk jari buat jadi
painita, dia sangat antusias kalau udah berbau acara-acara gini. Dikelas itu
Ana dan Catur yang mewakili untuk ikut menjadi panitia acara. Usai data
diserahkan, mereka diminta buat ngumpul ke aula Pertamina sore hari itu. Ana
dan Catur juga dimasukkan ke dalam grup besar panitia gabungan dengan peserta
acara prom saat itu juga.
Saat
Ana masuk ke Aula, dadanya berdetak kencang banget. Kaget karena dia ngelihat
cowok yang dia sukai dua tahun lalu yang dia nggatau identitasnya. Bahkan
namanya aja nggaktau, dan sedih diwaktu bersamaan karena ngga sempet ngecengin
eh udah mau lulus aja jadi kayak yaampun buk ini saya pengen ada kisah berdua
gitu sama pengeran itu kenapa udah mau lulus ajeluuu ! hihihi ternyata ditengah
brifing, cowok itu juga suka curi-curi pandang sama si Ana. Bahkan Ana gasadar
kalau dia lagi merhatiin Ana dari kejauhan. Pas mau mulai bagi tugas kebetulan
ponsel Ana lowbat, dan butuh stopkontak. Trus pas ana mau ngecharge, ada cowok
yang membelakangi Ana juga lagi ngecas. “Permisi, maaf kak saya mau numpang
nge-charge disini juga”, eh belum kelar selesai orang nya nengok dan itu adalah
cowok yang Ana sukai dong ! wahgimana gimana ini… gimanaa doong ! “Oh, iya iya,
silahkan”, jawabnya. Semenjak hari itu, menuju prom, Ana jadi sering papasan
sama cowok ini. Tapi masih dia nggaktau siapa namanya. Bahkan di tempat Ana
ngegame dan nongkrong sendirian dibalik gedung jurusan Kimia pun, Ana sempet
ngeliat itu kating lewat dan nengok ke Ana. Makin heran kan ?
Malam
promnight pun tiba, Ana galau banget soalnya dia belum selesai ngerjain tugas
yang harus dikumpulin besok, sedangkan dia punya tanggungjawab di acara Prom
sebagai panitia. Disisi lain, Ana pengen lihat kating itu sebelum dia lulus.
Minimal pasti tau namanya lah setelah acara usai. Akhirnya Ana tetep dateng ke
acara dan memakai dresscode sesuai kesepakatan yaitu black and gold. Sampai
disana Ana curi-curi pandang ke kating itu, sama halnya dia juga curi-curi
pandang ke Ana. Dua jam disana Ana mulai kepikiran tugasnya, lalu Ana ketemu
sama Fatimah anak kelas lain tapi punya jadwal matkul yang sama. Mereka saling
menyapa dan mulai bicarain tugas itu, karena takut dan ngga tenang, Ana dan
Fatimah pun meninggalkan acara dan memutuskan ngerjain tugas bareng ke kos Ana.
Meskipun nggak berhasil dapetin nama katingnya, at least Ana udah ketemu dan
melihat cowok itu sedang melihati Ana juga adalah kelegaan buat Ana. Sekarang
Ana ikhlas dan nggak lagi ngecengin cowok. WKWKWKWK
Malam
itu Fatimah tidur dikos Ana soalnya kemaleman juga, dan tugasnya belum kelar
juga padahal udah jam duabelas lewat. Mereka tidur bareng saat itu dan paginya
berangkat ngampus berdua. Ana berjalan dari parkiran menuju Lab dengan lesu
loyo karena tau dan sadar nggakbakalan bisa kenal sama orang yang dia sukai dua
tahun itu. Nggak lupa dia mampir musholla dulu buat dhuha sebelum ke kelasnya.
Usai dari kelas, Ana pergi ke perpustakaan
buat nyantai dan ngademin pikiran dengan baca-baca buku tambahan materi
kuliahnya. Dia ngambil beberapa buku juga buat dipinjam dan dibawa balik ke
kosan, karena tau besok ada matkul yang dosennya galak banget dan ada tugas
darinya yang belum Ana kerjain dan itu lumayan banyak. “Yah.. lagi-lagi bakalan
tidur pagi aku!”, keluh Ana sambil jalan menuju parkiran motor sebelum balik ke
kosan.
Seperti
biasa, Ana ngerjain tugas setelah isya sampe pagi lah ya. Saat jam menunjukkan
jam satu dinihari, ada pesan masuk dari nomor nggak dikenal. “Assalamualaikum,
ini bener nomor Nova bukan ya ?”. Ana baca sambil nguap, hadeeh, siape lagi
nih. Kuliah yang bener, dasar inimah buaya lagi cari mangsa kali. Lalu ana
menjawab,”iya. Maaf dengan siapa ya?”. Lalu nomor misterius itu menjawab, “Hai Tatiana, aku Athar. Aku dapetin nomor kamu dari temenmu sih hehe. Maaf ya aku
maksa ke dia terus aku dapet deh kamu jangan marah”. Aku bingung, perasaan ngga
ada temenku bernama Athar. Lalu kujawab, “Athar siapa ya ?”. “Save dulu nomorku
biar keluar profil picture ku, biar kamu tau. Mungkin kamu familiar sama aku.”,
jawabnya. Sembari rehat dari banyak menulis rumus dan algoritma, Ana menyimpan
nomor itu ke kontaknya. Jadilah muncul profile picture si Athar ini. Ana yang
tadinya ngantuk langsung melotot, sambil nutupin mulutnya yang reflek teriak
barusan. “Hah !!!!!!!!! ini bener ?”, ucap Ana dalam hati. Rupanya itu adalah
kating yang selama ini Ana cengin. “Oh iya aku tau hehe. Kakak katingku ya. Ada
perlu apa kak malam-malam gini?” tanyaku. Lalu dia ngejawab, “iya aku katingmu
hehe. Nggak ada perlu apa-apasih aku ngga bisa tidur kan. Terus aku udah simpan
nomormu dari beberapa hari lalu
sebenernya cuma aku mau ngechat takut, takut ada yang marah. Nggak
adakan ?”, tanya dia. Hiliiiiih dasar mulut lelaki template banget buat mastiin
cewek masih single atau engga selalu pakai jurus kalimat itu. Yaaa karena Ana
udan KO duluan ya, akhirnya jadi bego deh si Ana dan mereka pun chattingan
intens sejak hari itu. Ditambah ternyata mereka berasal dari daerah yang sama.
Ana
gak berhenti-hentinya senyum-senyum meskipun udah ga liat si cowok ini ke
kampus. Suatu hari, Ana kedapetan di tilang polisi soalnya ngeboncengin temennya
yang jalan kaki. Meskipun cuma bawa satu helm yang dia pake doang, Ana tetep
mau nganter temennya balik. Eh pas dijalan ada pakpol mergokin si Ana
ngebonceng Fatimah tanpa helm. Akhirnya harus sidang deh. Nah pas Ana mau
kesana si Athar nawarin buat nganter sidang. Ya Ana pasti maulah, kapan lagi
dianterin ama pujaan hati. Astagaa… sampe ditempat sidang, sumpah antriannya
panjang banget. Bahkan sampe tiga jam mereka disana.sambil nungguin dipanggil,
mereka banyak ngobrol. Ternyata Athar ini anaknya kocak banget. Cocok deh sama
Ana yang sebenrnya banyak kocaknya dan humoris juga. Sejak hari itu, mereka
makin akrab dan setiap hari Athar sering jalan sama Ana. Bahkan nganter jemput
Ana ngampus dan pulkam. Athar juga mencari kerja di kota itu, sehingga mereka
makin dekat dan akhirnya jadian. Athar sabar banget dan banyak ngajarin Ana
soal materi dan teknis alat buat persiapan menjelang Ana sidang kelulusan. The
end guuuuysss…. !