Jumat, 18 Februari 2022

MINYAK GORENG

       Terpontang panting angin bertiup kencang siang ini. Tanaman kecil dengan pot lemah terguling karena tiupannya, juga pintu-pintu ruang rumah ini yang menutup dengan kencangnya, cukup membuatku tersedak yang sedang menyuap sesendok nasi dengan kuah sop buatanku. Jadi kesal kalau ingat pagi tadi, kalian tau kenapa aku makan tanpa lauk gorengan ? Sepanjang pasar aku telusuri pagi ini tak satupun tersisa minyak goreng untuk ku beli. Kudengar kabar, memang harga minyak sedang turun akhir-akhir ini karena subsidi. Ah wacana apa lagi ini, murah tapi ngga ada ya percuma. Udah kebayang segernya sayur sop dengan sambal kecap berlauk tahu dan tempe goreng tapi.. Ah sudahlah jadinya tahu ku rebus saja jadi satu dengan sayuran.

        Dingin sekali, cuaca siang ini. Biasanya juga panas bahkan hampir membakar kulit tangan saat aku menjemur pakaian. Tak lama hujan deras dengan udara sedingin perhatian mu kepadaku. Ah apa sih. Bagaimana bisa kita akan tahan dan baik-baik saja dengan perubahn cuaca seekstrim ini. Kurasa Tuhan sedang cemburu dengan kelakuan kita yang lagi lebih acuh kepadanya dan lebih menyukai dunia. Dalam hatiku,

                  "Tuhan tolong jangan marah dulu. Aku masih belum menikah." 

            "Tuhan jangan marah dulu, tadi aku melihat tua renta masih miskin mencari botol plastik kosong disisi ruang pasar."

                "Tuhan, jangan marah dulu, masih ada pemuda yang gigih belajar untuk mengubah nasib di masa depan."

                 "Tuhan, jangan marah dulu, masih ada anak-anak tak berdosa yang mau singgah di rumahmu untuk bermain perosotan setelah menunaikan sholat jumat."

        Kami tau Engkau kuat tiada tanding, maka dari tulisan ini. Aku mohon, jangan marah dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tercekat lidahku malam ini, satu pil ku teguk untuk menahan pelik di kepala Saat ini aku hanya sedang mengasihani diriku untuk tahun-tahun s...